Laman

Jumat, 10 Juni 2011

(Sok Nge)Review: Serdadu Kumbang (2011)

“Saya mau sekolah, bu. Tapi selalu dihukum” – Amek
Alenia Pictures kembali mengeluarkan film yang berkisah tentang anak-anak di daerah pedalaman dengan segala bentuk keceriaan, kesedihan, perjuangan, dan sekelumit kisah kehidupan di lingkungannya. Setelah suksesnya film seperti Denias dan Tanah Air Beta, kali ini rumah produksi milik pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnain memberikan giliran kepada Serdadu Kumbang untuk unjuk gigi.
Coming Soon, 16 Juni 2011

Film Serdadu Kumbang ini bercerita tentang tiga sahabat, Amek, Umbe, dan Acan yang hidup di tanah Dusun Mantar, Sumbawa, Nusa Tenggara. Namun lebih fokus kepada tokoh utamanya, si Amek, seorang anak yang terobsesi menjadi penyiar berita di TV namun memiliki bibir sumbing, sehingga ia mengurungkan cita-citanya dan menyimpannya ke botol dan digantung kedalam pohon harapan. Ayahnya pergi ke Malaysia sehingga di rumah hanya tinggal ia, ibunya (Titi Sjuman), dan kakaknya, Minun.

Kisah mereka berkisar antara kehidupan Sekolah Dasar mereka yang dididik oleh seorang guru bernama Alim (Lukman Sardi) dengan disiplin yang sangat tinggi dan tidak segan menghukum murid yang bandel. Lalu ada ibu guru Imbok (Ririn Ekawati), guru yang sangat baik hati dan sabar serta cantik jelita dalam menghadapi murid-muridnya.

Ibu Guru Imbok

Dalam kisah kehidupan sekolah ini, cerita menyorot bagaimana perilaku para guru dalam menindak murid-murid yang bandel. Bagian ini agak sedikit menyoroti kasus-kasus kekerasan terhadap murid SD yang cukup sering diberitakan di media. Dan yang paling disorot adalah kebijakan Ujian Nasional yang menentukan lulus tidaknya seseorang dari bangku sekolahnya. Minun, kakak Amek, yang penuh dengan prestasi gemilang dan cemerlang, harus menelan pil pahit bersama semua temannya karena tidak lulus ujian nasional untuk SMP. Minun pun putus asa dan ingin melepas kembali harapan yang telah ia gantungkan di pohon harapan. Namun sayang, Minun tidak hati-hati dan akhirnya jatuh dan meninggal.

Dan memang faktanya seperti itu di negeri ini, Ujian Nasional bukan tolak ukur yang tepat untuk menentukan tingkat kecerdasan dan memberikan cap “Lulus” kepada yang berhasil melewatinya. Tidak sedikit murid yang mengoleksi segudang prestasi namun tidak lulus UN mungkin karena alasan sepele.

Selain kehidupan sekolah, cerita mengenai kehidupan sehari-hari tiga sahabat ini juga menjadi sajian menarik. Mengenai si Amek yang mengikuti lomba pacuan kuda, kuda kesayangan Amek yang bernama Semodeng, dan kisah mengenai obsesi Amek menjadi penyiar berita TV. Amek kerap ditanyai “Apa rungan negeri kita?” (rungan: kabar) oleh tetangga-tetangganya karena Amek sering menonton siaran berita dan menyampaikannya ke orang-orang.
Keluarga Amek menyemangati Amek di lomba pacuan kuda
Dari segi cerita kurang lebih seperti itu, mengalir apa adanya karena ada berbagai fokus kisah, tidak memberikan satu alur cerita khusus yang memiliki awal, klimaks, dan anti klimaks. Akting dari masing-masing karakter juga sudah cukup pas dan tidak terkesan dibuat-buat, terutama bintang-bintang baru yang memerankan tiga sahabat dan beberapa temannya.

Tak ketinggalan ciri khas film produksi Alenia Pictures, pengambil gambar sangat mengeksplorasi keindahan alam tempat mereka syuting. Kali ini pemandangan gunung, pesisir, dan dermaga di daerah Sumbawa tersebut menjadi sasaran empuk si pemegang kamera. Ah, saya suka soundtracknya! Dengan judul lagi yang sama dengan judul film, diibawakan dengan apik oleh Ipang. Sangat menyatu dengan semangat anak-anak Serdadu Kumbang tersebut. Kesimpulannya, cukup recommended buat mengisi agenda menonton di akhir pekan bersama keluarga :)

Ah, tak lupa saya mau menyelipkan ucapan terima kasih kepada mas Witra @film_bioskop yang udah ngasih tiket untuk Gala Premiere film Serdadu Kumbang ini. Tak bosan saya mengucapan terima kasih ini *sungkem*










sumber gambar:
- kabarindo.com
- sichuex.blogspot.com
- dokumentasi pribadi